SURABAYA – Produsen pupuk dalam negeri berencana melakukan ekspansi ke wilayah Kalimantan dan Sumatera bagian utara. Alasannya, sekitar 800 ribu ton kebutuhan pupuk NPK di dua wilayah itu selama ini dipenuhi impor dari Malaysia.

Direktur Divisi Pupuk Kelompok Usaha Saraswanti, Yahya Taufik mengatakan, logistik selama ini menjadi kendala utama produsen di Jawa untuk memasok pupuk ke wilayah tersebut. Mendirikan pabrik pupuk di dua wilayah itu akan lebih efisien jika dibandingkan dengan mendatangkan pupuk dari Jawa.

Untuk memangkas biaya distribusi, pada Februari Saraswanti Utama mengoperasikan pabrik di Sampit, Kalimantan Tengah. Kapasitas produksinya 100 ribu ton pupuk NPK per tahun. ’’Selain Kalimantan Tengah, akan ada ekspansi pabrik di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau, maupun Palembang. Pabrik tersebut diperlukan untuk membendung impor pupuk NPK,’’ ujar Yahya.

Untuk memangkas biaya distribusi, pada Februari Saraswanti Utama mengoperasikan pabrik di Sampit, Kalimantan Tengah. Kapasitas produksinya 100 ribu ton pupuk NPK per tahun. ’’Selain Kalimantan Tengah, akan ada ekspansi pabrik di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau, maupun Palembang. Pabrik tersebut diperlukan untuk membendung impor pupuk NPK,’’ ujar Yahya.

Ada lima pabrik yang dimiliki Saraswati Utama. Perinciannya, 2 pabrik berada di Surabaya, 2 pabrik di Medan, dan 1 pabrik di Kalimantan Tengah. Total kapasitas produksi perseroan saat ini sebesar 500 ribu ton. Perseroran selama ini berfokus pada produksi pupuk NPK nonsubsidi.

Kendala lain yang dihadapi industri pupuk adalah mahalnya harga gas industri. ’’Salah satu bahan baku NPK adalah urea. Jika harga gas industri turun, harga bahan baku NPK juga turun dan berdampak terhadap penurunan harga jual kami,’’ urai Yahya.

Harga urea internasional mencapai USD 210 hingga USD 215 per metrik ton. Sedangkan harga urea di Indonesia USD 260 per metrik ton. Kebutuhan urea di pabrik PT Saraswanti Utama mencapai 200 ribu ton per tahun atau sekitar 25–30 persen terhadap total kebutuhan bahan baku. ’’Hal tersebut akhirnya berdampak pada harga jual NPK kita. Harga pupuk NPK di Malaysia selisih USD 15–20 per metrik ton lebih murah jika dibandingkan dengan Indonesia,’’ ujarnya.

Direktur Utama Kelompok Usaha Saraswanti, Hari Hardono menambahkan, permintaan pupuk tahun ini sudah lebih bergairah daripada tahun lalu. Pulihnya beberapa komoditas seperti sawit mampu mendorong permintaan pupuk NPK di dalam negeri. Hingga akhir tahun ini pun, Saraswanti memproyeksikan kinerjanya bisa tumbuh 10 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. (vir/c7/noe)

Sumber: Jawa Pos, 7 Desember 2016 – Ekonomi Bisnis